Saat ke Pulau Pramuka sepuluh tahun lalu, saya menikmati pulau ini bersama teman-teman kantor. saat itu, beberapa destinasi yang dikunjungi adalah jembatan cinta, permainan water sport dan bersepeda keliling pulau. Dahulu masih sangat bersih namun sudah nampak sampah-sampah yang berserakan diarea pantai. Dan, kali kedua ke pulau Pramuka, sampah makin berserakan dan pantai pun semakin di penuhi oleh sampah. Bukan malah makin menjadi bersih karena dijadikan destinasi wisata, malah makin banyak aliran sampah yang sebetulnya bukan berasal dari pulau tersebut.
Sampah menjadi permasalahan yang sangat massive, dan sering menjadi permasalahan yang luar biasa bagi kepulauan seribu. Namun, seiring dengan permasalahan sampah yang biasanya menggunung dan merupakan kiriman dari daratan, entah itu dari Jakarta dan wilayah lain.
Entah siapa yang salah dalam permasalahan sampah ini antara daratan dan lautan. Namun, saat ini bukan menyalahkan salah satu lain, apalagi menyudutkan satu sama lain. Saat lainnya menyalahkan dan menuduhkan ke pulau, namun seorang bernama Mahariah, seorang inisiator gerakan pulauku nol sampah di pulau Pramuka.
Mahariah, Seorang Inisiator Gerakan Pulau Nol Sampah
Seorang guru SD berusia pertengahan 50-an yang lahir di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, beliau adalah sosok berpengaruh di masyarakat dan dipercaya untuk menyemangati warga lainnya mengatasi berbagai tantangan lingkungan, baik ekonomi maupun sosial masalah juga.
Selama puluhan tahun, Mahariah dan tim kecilnya telah mengembangkan program ekowisata, yaitu program pariwisata berkelanjutan, dengan mengutamakan aspek konservasi, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat setempat, dan pendidikan.
Mendidik traveler tentu menjadi tantangan, namun tantangan terberat adalah mengubah pola pikir penduduk pulau Pramuka itu sendiri. Pekerjaan persuasi dilakukan perlahan dan konsisten hingga akhirnya terjadi perubahan hati.
Atas kiprahnya, pemerintah memberi Mahariah apresiasi Kalpataru tingkat provinsi tahun 2016 dan Kalpataru tingkat nasional pada tahun 2017.Kalpataru sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon kehidupan.
Dahulu Darurat Sampah, Kini Menjadi Pulau Nol Sampah
Dahulu Pulau Pramuka merupakan pulau penuh sampah dan sempat menjadi salah satu tujuan wisata namun sangat penuh dengan sampah. Kini Pulau Pramuka ini menerapkan pulau nol sampah dengan berbagai gerakan lingkungan yang telah dilakuan selama ini.
Pada bidang lingkungan, kegiatan berfokus pada pengolahan sampah dan ketersediaan air bersih. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pengelolaan bank sampah, pengumpulan sampah organik yang dimasukkan ke dalam alatbiodigester, sehingga menghasilkan biogas untuk keperluan memasak, pemanfaatan ulang botol plastik agar menjadi bata ramah lingkungan (ecobrick), pembuatan karya seni dari limbah styrofoam, serta penampungan air hujan dan pertanian sayur organik yang dapat dilakukan di halaman rumah.
Pengelolaan Bank Sampah Dan Pengumpulan Sampah Organik
Pengelolaan sampah menjadi salah satu problem yang belum tentu bisa diselesaikan secara sepihak atau perorangan, dibutuhkan sebuah komitmen bersama. Dengan adanya pengelolaan bank sampah, maka permasalahan sampah pun kian teratasi.
Selainbank sampah, sampah organik pun mendapatkan prioritas dan dilakukan pengumpulan sampah organik dalam alat biodigester yang bisa mengubah sampah organik menjadi biogas sehingga bisa digunakan untuk memasak warga-warga sekitar. Selain menghemat bahan bakar juga bisa mengurangi polusi akibat bahan bakar selain gas.
Pemanfaatan Botol dan sampah Menjadi EcoBrick
Hutan Mangrove
Selain mengolah sampah dan Ecobrick, Pulau Pramuka juga mengembangkan Mangrove untuk menghalau abrasi yang semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Semakin banyak mangrove yang ditanam, maka diharapkan bisa menghalau ombak yang menyebabkan abrasi, selain itu bisa menambah hijau dan wisatawan pun memiliki pilihan untuk berkunjung ke hutan mangrove di pulau Pramuka.
Selain itu terdapat banyak pemanfaatan sampah seperti pembuatan karya seni dari limbah styrofoam, serta penampungan air hujan dan pertanian sayur organik yang dapat dilakukan di halaman rumah.
Peran Astra Dalam Kampung Berseri Astra
Kampung Berseri Astra adalah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung. Visi program ini adalah mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.
Pulau Pramuka menjadi salah satu contoh pemberdayaan dan pemanfaatan sampah serta pulau nol sampah yang menjadi contoh bagi pulau-pulau lain yang menghadapi permasalahan sampah.