Pada saat sebelum mengunjungi Bengkulu, saya sempat bertanya dalam hati, "Bengkulu ini kan ada bunga bangkai?". Pemikiran seperti ini seolah tertanam bahwa bunga bangkai itu adalah satu jenis tumbuhan yang mengeluarkan bau tidak sedap untuk mengundang mangsa agar datang.
"Tar, lo mau extended?"
Kebetulan saya berangkat bersama teman traveling bernama Astari.
"Iya, mungkin sampai 5 hari lah."
"Gue ngikut ya."
Entah apa yang menyebabkan kami berdua memutuskan untuk extend, namun karena saya belum pernah sama sekali ke Bengkulu, pun sama dengan Astari. Kami punya pencarian yang sama yaitu mencari sesuatu yang langka dan hanya bisa dijumpai di Hutan Bengkulu yang sangat indah.
Perjalanan dari Jakarta menuju Bengkulu di tempuh sekitar 1 jam 15 menit. Sesampainya di Bandara Fatmawati Soekarno, saya sempat bertanya, apakah ditempat inilah Fatmawati bertemu dengan Soekarno dan menjalin kasih? Ternyata di Bengkulu inilah banyak kisah yang terjadi mulai dari Bengkulu yang merupakan wilayah jajahan Inggris yang kemudian di ambil alih oleh Belanda, kemudian penemuan bunga bangkai yang ternama itu dan yang paling fenomenal adalah rumah pengasingan Bung Karno dan jalinan kasihnya dengan Fatmawati. Dari ketiga misteri ini, ternyata tempat pertama kami kunjungi akan menjawab pertanyaan dibenak saya sebelum datang ke Bengkulu.
Perjalanan dari Bengkulu menuju Taman Nasional Bukit Barisan ini memakan waktu sekitar 2 jam. Rasa lelah yang mendera akibat perjalanan udara pun seolah sirnah. Bahkan saya seakan tidak tersirih oleh rasa kantuk sedikit pun. Saya hanya memandangi luar bus yang membawa rombongan ke alam yang berbeda, bukan alam ghaib yang tak nyata, melainkan alam fantasi seperti di dongeng malam menjelang tidur.
Seperti mendapat durian runtuh, pada saat bus melaju, sayup-sayup terdengar bahwa kami mendapatkan 2 bunga bangkai mekar sekaligus. Rafflesia Arnoldi dan Amorphophallus Titanum adalah nama latin kedua Bunga Bangkai tersebut. Masyarakat sering salah kaprah dengan kedua jenis bunga bangkai, bahkan sering menyamakan keduanya sebagai satu jenis. Kenyataannya sangat berbeda dan bahkan bentuknya pun berbeda. Rafflesia cenderung seperti bentuk bunga dengan 5 putiknya sedangkan bunga bangkai sangat tinggi sekitar 3 meter lebih.
Rafflesia, nama ini tidak asing ditelinga, bahkan seantero Indonesia dahulu pun sangat mengenal beliau. Dialah Sir Thomas Stamford Raffles yang menemukan bunga unik dan besar seperti bokor atau cawan penampung air. Sebetulnya seorang pemandu dari Indonesialah yang menemukan dalam rombongan ekspedisi bersama Dr. Joseph Arnold. Perpaduan dari dua Tokoh tersebut sehingga salah satu puspa langka ini dijuluki Rafflesia Arnoldi. Bunga berdiameter sampai 100 cm ini dapat ditemukan di semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Filipina.
Indonesia patut berbangga. Setidaknya 27 jenis Rafflesia, Sumatera memiliki 11 jenis dan 4 diantaranya terdapat di Bengkulu. Tak heran jika Bengkulu menasbihkan sebagai "Bumi Rafflesia" di Indonesia bahkan di Dunia. Bak cendawan di musim hujan, Rafflesia pun masih sering ditemukan tak jauh dari jalan raya diantara hutan. Bahkan jika masuk ke dalam hutan yang berjarak beberapa kilometer, sering ditemukan Rafflesia berdampingan antara jantan dan betina. What a wonderful Rafflesia.
Selain Rafflesia Arnoldi, Bengkulu memiliki 3 jenis lainnya yaitu Rafflesia Gatutensis Meijer, Rafflesia Hasseltii Suringar dan Rafflesia Bengkuluensis. Gatutensis Meijer dapat ditemukan di Bengkulu Utara dengan diameter 40-60 cm dan ditemukan oleh Meijer pada tahun 1984. Hasseltii Suringar merupakan Rafflesia paling cantik seperti cendawan merah-putih atau cendawan harimau. Spesies ini ditemukan oleh Suringar pada tahun 1979 dan dapat ditemukan di Kabupaten Lebong. Sedangkan Bengkuluensis, sesuai dengan namanya merupakan spesies yang ditemukan di tanah Bengkulu dengan diameter 50-55 cm. Bengkuluensis dapat ditemukan di daerah Taman Nasional Bukit Barisan, Bengkulu.
Begitulah cerita bunga langka dari hutan Bengkulu. Rasanya pada saat memperingati Hari Hutan Indonesia kita patut berbangga dengan segala kekayaan flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Dari hutan Bengkulu saja kita sudah sangat bangga dengan bunga langka yang hanya terdapat di beberapa negara dan termasuk paling langka di Dunia. Apalagi jika kita menulusuri seluruh hutan Indonesia, pasti kita merasa sangat bangga dan bersyukur dengan adanya hutan yang mampu menopang oksigen dan kehidupan disekitarnya. Maka bijaklah mengelola hasil hutan dan tidak mengeksploitasinya.
Sebagai blogger, saya dengan bangga menyebarluaskan kekayaan alam yang Indonesia punya agar masyarakat luas mau melihat dan bangga serta mau menjaga dan melestarikan Hutan Indonesia. Apapun profesi kita,