Generasi emas, itulah harapan orang tua se-Indonesia untuk anaknya saat ini, namun apa jadinya jika stunting mendera dan memupuskan harapan semua orang tua? Banyak yang mengira stunting adalah gizi buruk, padahal stunting memiliki arti yang sangat berbeda.
"Anak kamu stunting ya?"
"Nggak."
"Itu anakmu kok kayak gizi buruk gitu, itu tanda stunting loh."
"Bu, beda loh antara stunting dengan gizi buruk."
"Oh beda toh keduanya?"
"Iya beda loh bu. Gizi buruk sebenarnya terjadi dalam waktu singkat dan hanya pada periode tertentu sedangkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama."
Ya, tanpa kita sadari masih banyak ibu-ibu atau orang tua yang minim informasi mengenai perbedaan yang mendalam mengenai gizi buruk dan stunting. Padahal secara definisi sudah sangat jelas dan berbeda sekali. Selain minimnya informasi, orang tua juga sangat kurang menggali lebih dalam tentang anaknya terutama pada saat balita, padahal dalam usia dibawah lima tahun inilah kana menentukan perkembangan diusia selanjutnya.
Survei terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan masalah gizi dan tumbuh kembang anak masih menjadi hambatan besar bagi pemerintah Indonesia untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia. Sayangnya, prevalensi stunting Indonesia hingga akhir 2019 kemarin masih berada di angka 27,7%. Walau angka tersebut turun sekitar tiga persen dibanding tahun sebelumnya, tapi jumlah tersebut tetap tinggi karena WHO menetapkan batas atasnya 20%.
Meningkatkan status gizi calon ibu dan anak adalah langkah efektif untuk mencegah stunting. Karena itu, edukasi untuk para calon orang tua menjadi penting untuk mempersiapkan ibu melahirkan calon generasi emas 2045 yang sehat dan berkualitas.
Beberapa waktu lalu, saya mengikuti webinar mengenai "Siap Menjadi Ibu Pencetak Generasi Emas Bebas Stunting" dengan pembicara antara lain :
1. Dokter anak Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp.A, MARS
2. Dr. Tria Astika Endah permatasari, SKM, M.Kes PP Aisyiyah
3. Psikolog Anak & Remaja - Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.,
4. Presenter/ Parenting Influencer – Ratu Anandita
Dan moderator: Maman Suherman.
Dokter anak Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp.A, MARS menjelaskan bahwa sebelumnya pada masa kandungan, calon Ibu harus memenuhi semua gizi janinnya terutama :
1. Karbohidrat sebagai sumber energi dan bisa diperoleh melalui nasi, roti, gandum dan lainnya.
2. Protein sebagai pengganti jaringan dan pengganti bagian tubuh yang rusak serta sumber metabolisme tubuh dan dapat diperoleh dari telur, ikan, daging, susu dan lainnya.
3. Lemak berfungsi sebagai bantalan organ dan dapat diperoleh dari buah dan makanan yang mengandung lemak.
Selain itu dibutuhkan juga mineral, vitamin dan juga air putih sehingga ginjal sehat serta membantu menghidrasi tubuh calon ibu. Gizi tersebut sangat penting bagi calon ibu sehingga bayi nantinya akan lahir dengan tubuh yang sehat serta nantinya akan lebih mudah terpenuhi gizinya pada masa balita.
Sedangkan Dr. Tria Astika Endah permatasari, SKM, M.Kes PP Aisyiyah mengatakan Indonesia masih tinggi angka stuntingnya bahkan menepati posisi 5 besar di Dunia. Angka ini cukup mengkhawatirkan mengingat orang tua memiliki perananan sangat penting bagi anak-anaknya sehingga dapat memenuhi gizi seimbang serta tidak stunting.
Sedangkan Psikolog Anak & Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi. menyebutkan bahwa lingkungan anak juga mempengaruhi anak untuk lebih sadar akan dirinya. Jika memiliki orang tua dan lingkungan yang sangat mementingkan asupan gizi yang baik, maka anak pun akan memiliki pola makan dan hidup yang baik karena anak sangat mudah terpengaruh dalam lingkungannnya.
Presenter sekaligus Parenting Influencer, Ratu Anandita mejelaskan bagaimana perjuangannya melahirkan pada saat pandemi saat ini serta peranan orang tua yang harus memiliki ilmu atau pengetahuan tentang anak dan gizi seimbang sehingga tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan normal nantinya.
Generasi emas dapat terwujud apabila seluruh masyarakat sadar mengenai pentingnya menjaga gizi seimbang untuk anak dan orang tua sehingga nantinya daya saing Indonesia akan meningkat serta menjadi bangsa yang bukan hanya besar secara jumlah saja namun berkualitas generasi mudanya.