Seorang ibu berani mati demi sepuluh orang anaknya, tapi sepuluh orang anak belum tentu rela mati demi seorang ibunya
Sebuah kalimat yang diucapkan oleh Ustad Alhabsyi sebagai salah satu pemeran di film Ada Surga di Rumahmu. Ustad Alhabsyi dalam film ini berperan sebagai paman pemeran utama, Ramadhan. Kisah dari sebuah daerah perkampungan arab di bumi sriwijaya, Palembang ini memberikan sebuah inspirasi, pesan dan makna yang tak akan pernah dilupakan. Bahwa surga itu sungguh dekat, surga tak usah dicari kemana-mana, cukuplah kau berbakti dengan kedua orang tuamu, terutama Ibumu, niscaya sebuah pintu surga akan menghinggapi dan memberikan sambutan kepada kita.
"Surga itu begitu dekat. Tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh?"
Sinopsis
Cerita dibuka ketika sebuah anak bernama Ramadhan, berceramah dihadapan semua teman-teman mengajinya, ia menceritakan sebuah kisah seorang sahabat Rasul yang mengendong Ibunya ketika berpergian dari stau tempat ke tempat lainnya. Namun, betapa kagetnya sahabat Rasul itu ketika seorang berkata "kau tidak akan dapat menembus semua pahala ibumu walaupun kau mengendongnya dari ujung dunia ini. Betapa mulianya pengorbanan seorang ibu untuk anak dan suaminya.
Ramadhan, tetalah Ramadhan yang suka berkelahi, namun gemar berceramah. Hingga suatu saat, Abuya (Budi Khairul) dan Umi (Elma Theana) merelakan kepergian Ramadhan untuk mengenyam pendidikan di sebuah Pondok yang tak begitu jauh di Sumatera. Beruntung sekali, Abuya menitipkan Ramadhan kepada ustad Athar, Paman Ramdhan.
Cerita beralih ke kehidupan Ramadhan di pondok pesantren. Ramadhan yang memiliki dua orang sahabat pun, kini kembaali berulah dengan kabur dari pondok pesantren tanpa ijin. Karena kenakalannya, tiga anak tersebut dibukum dengan berceramah di berbagai tempat seperti kuburan, pasar, dan tempat keramaian laainnya. Karena kepandaiannya berceramah, Ramadhan sering dihadiahi bingkisan dri pendengar ceramahnya.
Seiring tumbuh dewasanya Ramadhan (Husein Alatas), kemudian ia menetap di Pondok pesantren dan mengabdikan dirinya sebaagai penjagar di Pondok.Namun, cita-cita Ramadhan yang ingin terkenal membuat kegelisahan dihati Ramadhan. Sampai suatu saat, Pondok pesentren dijadikan sebuah lokasi syuting, entah angin apa yang menyebabkan Ramadhan kemudian bertemu dengan Kirana (Zeezee Shahab) dan bertemu pula dengan kru film yang menawarinya sebuah casting untuk film laga.
Tanpa berfikir panjang, Ramadhan dan kedua sahabatnya berangkat ke Jakarta. Namun, sesampainya di Jakarta, ia harus menelan pil pahit, castingnya harus diundur sampai beberapa hari kemudian. Untuk menunggu casting tersebut, Ramadhan terpaksa menginap di masjid. Pergulatan batin antara Pondok pesantren, kemudian kondisi ibunya yang sedang sakit membuat Ramadhan memutuskan untuk pulang ke Palembang.
Ia mencium tangan Umi saat tahu bahwa Umi tidak dalam kondisi yang sehat. Air matanya mengalir. Kemudian ia bertekad untuk serius mendalami ilmu ceramah, dan ketika suatu saat, ia diundang ke sebuah pengajian pemuda masjid, ia kembali bertemu dengan Kirana, padahal Sabat kecilnya yaitu Nayla juga menaruh hati pada Ramadhan.
Kirana mengundang Ramadhan, Abuya dan Umi untuk menghadiri syukuraan di rumahnya yang mewah. Karena kondisi Umi yang masih sakit, tiba-tiba Umi jatuh pingsan. Sebelum jatuh pingsan, Umi sempat muntah dan mengotori rumah dan mengacaukan semua acara di syukuran orang tua Kirana. Setelah jatuh pingsan. Abuya dan Ramadhan langsung membawanya ke rumah sakit. Dan, setelah dioperasi, ternyata Umi mengalami stroke yang menyebabkan gangguan pada sebagian tubuhnya yang mengakibatkan gangguan bicara. Nayla (Nina Sepriani) hadir setiap saat di rumah sakit ditemani oleh Abuya dan saudara Ramadhan.
Sebelumya, dikisahkan bahwa Paman Ramadhan, ustad Athar meninggal dunia, dan meninggalkan duka yang dalam. Apalagi, Ramadhan baru tahu bahwa selama ini yang mendonorkan ginjal kepada ustad Athar adalah Abuya, sebagai balasannya, Ramadhan dititipkan di Pondok pesantren.
Cerita diakhiri dengan sebuah ceramah dari Ramadhan dari televisi yang disaksikan semua keluarga Ramadhan, dan semu orang menyaksikan dengan bangga. Sebuah mimpi Ramadhan yang tertunda, kini malah menjadi kenyataan, menjadi dai terkenal di televisi.
Makna Cerita
Banyak makna cerita yang terkandung dalam Film berdurasi kurang lebih sekitar seratus menit ini. Salah satu yang paling mengena adalah bahwa berbakti kepada orang tua adalah sebuah nilai yang harus diperhatikan, apalagi bahwa surga memang benar-benar bisa kita nikmati dengan salah satu jalan berbakti terhadap Orang tua kita.
Menurut saya, Film ini sangat layak ditonton oleh semua genre umur, baik itu anak-anak maupun dewasa. Selain itu, Film ini jelas mengangkat keindahan bumi Sriwijaya sebagai setting tempat, dan juga kultur Indonesia yang sangat kental. Namun, memang ada beberapa yang harus diperbaiki seperti ending yang masih jauh dari harapan, karena masih terlalu dini, dan kurang klimaks, dan juga perlu pendalaman karakter lebih untuk menghasilkan sebuah perpaduan adegan yang smooth.
Rekomendasi
Film menarik ditonton oleh siapapun. Saya merekomendasikan Film karena makna yang terkandung dalam cerita sangat dalam. Saat ini jarang sekali film dengan makna yang dalam seperti ini.
Rekomendasi
Film menarik ditonton oleh siapapun. Saya merekomendasikan Film karena makna yang terkandung dalam cerita sangat dalam. Saat ini jarang sekali film dengan makna yang dalam seperti ini.
Cast
Sutradara : Aditya Gumai
Produser : Ustad Ahmad Al-Habsyi
Pemain : Husein Alatas (Idol), Elma Theana, Budi Khairul, Ustad Al-Habsyi, Zeezee Shahab, Nina Septiani
Produksi : Mizan Productions
Tanggal Rilis : 2 April 2015