Dahulu Yayuk Basuki pernah meraih Emas Asian Games tahun 1998 di Bangkok, Thailand. Sebelumnya, ternyata bukan hanya Yayuk saja yang dapat meraih Emas pada perhelatan Asian Games, ternyata terdapat seorang yang lebih dahulu meraih prestasi membanggakan pada Asian Games tahun 1978 dan 1980 dengan raihan 4 Emas. Beliau adalah Yustedjo Tarik, atlet nasional tenis.
Saya sangat kagum dengan sosok Yayuk Basuki. Disaat prestasi tenis Indonesia sedang terpuruk saat itu, Yayuk mampu membangkitkan semangat rekan-rekannya dan menjadi sosok yang pantang menyerah. Tak disangka pada saat Asian Games 1998 di Bangkok, Yayuk berhasil meriah Emas untuk Indonesia. Begitu bangganya ketika membaca koran pagi itu, Yayuk dengan bangga mencium medalinya. Podium tertinggi diraihnya berkat perjuangan yang tidak mudah.
Bagaimana dengan penerus Yayuk Basuki? Setelah prestasi gemilangnya, Yayuk Basuki memiliki penerus seperti Wynne Prakusya dan Angelique Widjaja, namun prestasi mereka meredup setelah terkena cidera serius. Selanjutnya, saya tidak mendengar apapun mengenai dunia tenis Indonesia.
Jujur saya rindu sekali petenis yang dapat mengibarkan bendera merah putih di perhelatan Asian Games. Apalagi sebentar lagi Asian Games akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang. Tentu saja harapan besar bisa mengharumkan nama Indonesia sebagai tuan rumah. Khususnya untuk cabang olahraga tenis.
PB PELTI sebagai pengambil kebijakan dalam tenis lapangan pun berupaya mengembalikan kejayaan tenis di kacah Internasional. Salah satunya dengan menyelenggarakan turnamen dengan kelas ITF Pro Circuit dengan tajuk Combiphar Tennis Open 2018 yang akan diselenggarakan di lapangan tenis The Sultan Hotel, Jakarta.
Selama ini kita ingin melihat petenis terus berprestasi, turnamen inilah menjadi salah satu wadah agar atlet muda terpacu untuk berprestasi sehingga rangking dunianya pun meningkat sehingga dapat mengikuti turnamen lain diatasnya. Dulu kita disuguhkan turnamen besar seperti Wimbledon dan Ralond Garros. Semoga kedepannya makin banyak yang dapat mengikuti turnamen ini.
Combiphar dengan bangga terus mensupport petenis dengan menyelenggarakan turnamen ini untuk tiga tahun berturut-turut. Pak Michael Wanandi mengatakan bahwa turnamen ini merupakan salah satu langkah untuk mengkampanyekan "Championing a Healthy Tomorrow". Dan, ini juga merupakan salah satu momen tepat untuk mendukung para atlet yang akan berjuang di Asian Games 2018.
Ketua Umun PB PELTI Rildo Ananda Anwar mengungkapkan bahwa turnamen ini sangat strategis karena banyak petenis Indonesia yang mendapatkan keuntungan dan melaju langsung ke babak utama dengan fasilitas wild card.
Turnamen ini akan berlangsung dari tanggal 23 Juli sampai 12 Agustus 2018 dan diikuti petenis profesional berusia 16-30 tahun dari 23 negara seperti negara-negara Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Dari Indonesia, turnamen ini diikuti oleh Tim Piala Davis Indonesia yaitu Christoper Rungkat, Justin Barki, David Agung Susanto, Anthony Susanto dan Rifqi Fitriadi.
Turnamen ini juga menyediakan poin internasional sehingga dapat memberikan tambahan poin di rangking dunia. Selain itu karena turnamen ini sangat dekat degan Asian Games, maka dapat dijadikan sebagai ajang pemanasan sebelum ajang multi event di Asia tersebut.
Semoga Combiphar Tennis Open 2018 ini dapat meningkatkan prestasi petenis Indonesia dan bisa meraih prestasi tertinggi, Amin. Yuk, dukung atlet muda kita bertanding di The Sultan Hotel, Jakarta.