Masalah Gizi Seimbang Milenial Dan Masyarakat
Minuman kekinian dan mukbang, tren yang beredar di masyarakat mau tidak mau turut memberikan kontrubusi terhadap banyak hal terutama pemilihan dan pemenuhan gizi. Gizi yang dihasilkan dari minuman dan makanan kekinian ini tidak seimbang dan cenderung mengakibatkan banyak permasalahan kesehatan. Disamping itu, ibu hamil pun tidak memperhatikan pemenuhan gizi baik bagi dirinya maupun si jabang bayi yang sedang dikandung. Padahal, sangat diarankan untuk memenuhi gizi seimbang pada 1000 hari pertama karena sangat krusial. Jika tidak tercukupi gizinya, maka bayi yang dilahirkan pun akan mengalami stunting. Belakangan ini, angka stunting di Indonesia cukup menurun.
Menurunkan angka stunting dan gizi buruk masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah saat ini. Pasalnya. Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan hingga dibawah 14 persen pada tahun 2024. Sementara, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%.
Stunting masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia, padahal jika dilihat dari kemajuan teknologi dan informasi, sebetulnya permasalahan ini mungkin bisa ditekan dengan adanya penyebarluasan akses informasi mengenai pencegahan stunting dan mulai menerapkan gizi seimbang yang juga dikenal sebagai isi piringku. Dan berbagai program juga telah dilakukan diantaranya PBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga telah menjalankan sejumlah program seperti Bapak Asuh, Dapur Sehat, Pendampingan Calon Pengantin, Kelas Pengasuhan Bina Keluarga Balita (BKB).
Meski demikian, upaya-upaya pencegahan stunting berupa edukasi gizi yang menyasar langsung ke masyarakat perlu terus menerus di lakukan. Salah satunya adalah dengan melibatkan generasi muda dan milenial menjadi agen of change di masyarakat.