Horas! Selamat datang di Pulau Samosir yang merupakan pulau di tengah Danau Toba. Ketika mata memandang sebelum sampai di Pulau Samosir, danau seluas 1.130 kilometer persegi ini mengisyaratkan sebuah pemandangan yang tak biasa. Saya sebagai salah satu pengunjung yang baru pertama kali datang ke destinasi wisata ini, seakan dibuat kagum dengan keindahan luar biasa. Namun, siapa sangka Danau Toba merupakan gunung purba yang meletus 74 ribu tahun lalu yang mengakibatkan banyak sekali perubahan iklim di Dunia. Bisa dibilang, Danau Toba ini menjadi letusan yang paling dahsyat selama 2 juta tahun belakangan ini.
Dahsyatnya perubahan iklim yang terjadi ribuan tahun lalu akibat letusan gunung Toba purba tentu saja berbeda permasalahannya dengan zama millenial seperti sekarang ini. Namun, walaupun berbeda, namun perubahan iklim yang semakin tidak teratur sangat terasa bekalangan. Kalau dulu musim hujan dan musim panas bergantian dengan paruh waktu yang sama, namun saat ini musim hujan dan panas tidak berbeda satu sama lain, dan sudah tidak menentu.
Jauh sebelumnya, sesuai dengan kepercayaan suku Batak, untuk mengendalikan perubahan iklim dan menjaga keseimbangan alam, mereka percaya bahwa pengelolaan Air, Tanah dan Hutan pun wajib mengikuti adat yang berlaku dan menjaga kelestariannya.
Kepercayaan Suku Batak Dalam Pengelolaan Air, Tanah Dan Hutan
Masyarakat Adat, Sang Pelestari Alam dan Lingkungan
Keberlangsungan Masyarakat Adat Yang Tersisihkan
Sumber Gambar : www.aman.or.id |
Tantangan saat ini bukan hanya datang dari alam dan lingkungan, namun juga antara masyarakat adat dan juga pelaku bisnis yang merencanakan pembangunan dengan mengambil alih tanah adat yang sudah diwariskan turun-temurun.
Semoga dengan adanya AMAN, masyarakat adat di Indonesia menjadi semakin berani dan tegas dalam melakukan komunikasi terhadap pelaku bisnis yang hendak merencanakan bisnis yang berada di tanah adat mereka.