Ada pertama kali, mungkin saja kali kedua dan seterusnya. Dan, itu terjadi ketika menginjakan kaki di Banjarmasin. Kota terbesar kedua di Kalimantan yang pernah saya singgahi selain Pontianak di Kalimantan Barat. Saya masih ingat betul ketika saya berada di sungai Kapuas, lalu seorang disana mengatakan kalau saya minum air sungai Kapuas, maka saya akan kembali lagi di tanah Borneo ini. Saya tak lantas percaya begitu saja, bisa saja itu hanya tahyul atau kepercayaan turun temurun. Namun, tak lama berselang dalam hitungan bulan saya kembali lagi ke Pontianak.
Banjarmasin masih sama dengan beberapa tahun lalu. masih panas dan menyengat. Yang saya kangenin dari Banjarmasin adalah kuliner dan wisata yang sangat khas, sebut saja soto banjar dan lontong orari serta pasar terapung yang sangat unik dan jarang dijumpai di daerah mana pun. Dan, kini saya kembali bersama Indosat yang melakukan test jaringan 4G plus di kawasan Kalimantan Selatan dan seluruh Kalimantan menjelang Bulan Ramadhan (Puasa) dan Lebaran (Idul Fitri) bulan depan.
Selain Banjarmasin, Indosat juga melakukan serentak dibeberapa kota seperti Padang, Sumatera Barat, Makassar, Sulawesi Selatan, Solo, Jawa Tengah, dan Malang, Jawa Timur. Kita tahu bahwa tradisi merantau sangat kental di Padang, dan akan terjadi arus mudik yang cukup tinggi ke daerah tersebut. Pun demikian dengan Makassar, Solo, Malang ataupun Banjarmasin, daerah ini termasuk yang paling tinggi arus mudik maupun balik. Maka dari itu Indosat melakukan test jaringan 4G plus sebagai bagian dari kesiapan menyambut ratusan ribu bahkan jutaan yang akan memadati kota-kota tersebut.
Pagi hari sekitar pukul 09.30 WITA, kami bersama rombongan dari divisi regional Kalimantan Selatan dan Kalimantan mengadakan uji coba jaringan di beberapa titik seperti Soto Banjar Bang Amat, Masjid Sabilal Muhtadin, Patung Bekantan dan Duta Mall hingga 12.00 WITA. Perjalanan yang ditempuh saat uji jaringan sekitar 50 km. Hasilnya kecepatan paling tinggi berapa di Titik ramai Patung Bekantan yang mencapai 104 Mbps.
Soto Banjar Bang Amat memang sangat legendaris, bagaimana tidak, karena banyak sekali pelanggan yang datang termasuk rombongan kami. Soto banjar memang berbeda dari daerah lain. Apalagi yang menjadi spesial adalah sotonya mengunakan susu atau santan dan rasanya mirip seperti sop kalau di Jawa. Rasa gurih dan segar dicampur menjadi sangat spesial. Apalagi terdapat sate ayam dilumuri kuah kacang yang mengundang selera untuk nambah dan nambah lagi.
Di patung Bekantan, kami cukup lama karena menikmati sungai dan suasananya yang tidak panas. Selain mengujicoba jaringan, kami juga sempat berfoto-foto dengan maskot kota Banjarmasin.
Hasil uji jaringan cakupan 4G, kualitas streaming, dan video call dinilai baik. Untuk diketahui, dalam uji jaringan juga tim Indosat Ooredoo mencoba untuk memutar YouTube streaming selama perjalanan dan melakukan video conference bersama lima kota. Kemudian untuk rata-rata kecepatan di jalur test drive mencapai 15,9 Mbps. Sementara itu untuk kecepatan maksimal jalur DT hingga 53,0 Mbps.
Sales Manager Area Banjarmasin, Eko Yanurianto menuturkan jika 4G hampir seratus persen menyelimuti wilayah Kalimantan Selatan dan terdapat 187 site, ada Tanjung Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara. Hampir seluruh wilayah sudah diselimuti 4G semuanya, hampir seratus persen. Selain itu Indosat Ooredoo tengah melakukan tiga upaya untuk meningkatkan jaringan miliknya yakni perluasan cakupan 4G, penambahan kapasitas, dan peningkatan kualitas secara general.
Secara keseluruhan, uji coba jaringan ini membuktikan bahwa 4G plus telah meliputi seluruh wilayah Kalimantan Selatan dan akan terus diperbaiki kedepannya. Semoga kualitas jaringan untuk streaming youtube dan unlimited juga bisa ditingkatkan dan tidak ada buffering sama sekali.
Pada hari terakhir, sebelum kami pulang. Kami sempat ke pasar terapung di Lok Baintan, Sungai Anak Martapura. Sungai anak Martapura ini memang berbeda dengan Martapura. Daerah ini masih termasuk di area Banjarmasin. Untuk mencapai Lok Baintan dibutuhkan kurang lebih sekitar 30-45 menit dari kota Banjarmasin.
Beruntung pedagang di pasar ini masih lumayan ramai menjajakan dagangannya. Sebelumnya kami ingin menyaksikan secara langsung sunrise di sepanjang sungai, namun ternyata matahari urung menampakan diri masih malu-malu.
Memori beberapa tahun tentang pasar terapung kemudian muncul kembali. Sepertinya, memang pasar ini sangat unik dan tradisional. Selain itu, di tengah sungai pun saya masih mengabadikan momen-momen dengan menggunakan jaringan 4G plus dari Indosat Ooredoo.
Kapan kita jalan-jalan lagi ke pasar terapung dan keliling kota Banjarmasin? Sudah minum air sungai Anak Martapura dan berharap tahyul itu memang benar-benar terjadi? Saya yakin suatu saat akan kembali lagi kesini, saya berharap dan berdoa, Amin.