Kastil : Sumber Gambar (http://www.voucherhotel.com/travel/kastil-megah-di-skotlandia) |
Sebuah Kastil di Skotlandia
Ruben menatap Kastil itu lekat. Kastil
itu kokoh, sekokoh pendiriannya saat ini. Gerbang tinggi itu mengukuhkan
kekuatan yang tidak mungkin ia tembus. Namun, ia yakin bahwa ada sebuah kekuatan
dan ketulusan yang mampu melawan sebuah kekokohan dan kesombongan itu. Perlahan
namun pasti, Ruben terus melangkah.
Didalam Kastil, seorang wanita,
bernama Clara menunggunya. Menunggu sampai Ruben mampu menapaki setiap langkah
hingga menunju tangga akhir. Tak peduli berapa lama Clara harus menunggu, namun
hatinya sudah terpaut pada Ruben.
“Aku akan menjemputmu, Clara. Aku
berjanji.”
Ruben menggengam sebuah jam
pemberian Clara. Ia menatap kastil itu lagi, memastikan langkah dan tekadnya
makin kokoh.
“Aku menunggumu, Ruben. Tak
peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.”
Beberapa penjaga melihat sosok
pria di bawah Kastil. Kemudian, tak berapa lama ratusan pasukan disiapkan untuk
berjaga.
Ruben menghunuskan sebuah panah
ke arah gerbang. Berharap gerbang itu dapat terbuka dengan sebuah anak panah.
Namun, usahanya sia-sia. Anak panah itu bahkan patah, tak berbentuk. Ruben
mengepalkan tanganya. Ia mencoba sekali lagi. Tetap saja anak panah itu patah,
bahkan tak berbentuk lagi. Tekad kuatnya makin menjadi. Kali ini ia berlari dan
menghunuskan sebuah pedang kearah Gerbang Kastil. Namun, pedang itu pun patah.
Ruben terdiam. Ia hanya seorang
diri. Bagaimana untuk merobohkan sebuah gerbang kokoh Kastil ini? Ia masih
bertahan di depan gerbang, sampai tiba-tiba gerbang itu terbuka dengan
sendirinya. Ketika Ruben masuk ke Kastil, dilihatnya sebuah bangunan lain. Ia
melihat Clara dengan pakaian yang telah berubah. Ia tak memakai sebuah gaun
biasa ia pakai. Kemudian pasukan-pasukan penjaga gerbang pun berubah. Mereka mengenakan
pakaian yang tidak familiar. Kemudian Ruben juga melihat sebuah jam besar.
Seperti menara jam yang besar. Ia terperangah. Sampai ia pun lupa bahwa dirinya
pun telah berubah, ia tak memegang busur panah, pakaian perang maupun sepatu
panjang yang seperti biasa ia kenakan.
“Pakaian apa ini?”
Ruben bertanya dalam hati. Sampai
ia melihat Clara yang berjalan menuju menara jam itu.
“Clara!”
Ruben coba memanggil dengan suara
lantang, namun suara itu tertelan oleh suara desingan mobil dan suara
orang-orang disekitanya.
London Icon (Sumber : http://www.jamindustries.co.uk/home/jams-london-adventure-to-the-rally) |
London
“Tuan, dimanakah ini?” Ruben
bertanya kepada salah seorang pemuda dijalan itu.
“Ah, jangan panggil saya tuan,
panggil saja Mark. Ini London.”
“London?” Ruben tidak mengerti
dimanakah ini. Ia melihat banyak sekali mobil yang lalu lalang.
Mark ikut terdiam. Kemudian ia
bertanya “Kamu baru tiba di London?”
“Iya, saya baru tiba dari Kastil,
kemudian saya terdampar disini. Saya tak mengerti mengapa saya berada disini.”
“Oke, baiklah, saya akan
mengajakmu kesebuah tempat. Tempat yang akan membawa ke masa mu dan mungkin ini
bisa membantu mengenal London lebih dekat.”
Ruben mengikuti langkah Mark. Sekelebat
saja kemudian Ruben telah berada di British
Museum. Dalam perjalanan kesana Ruben menemui beberapa tempat yang mirip
dengan bagunan pada masanya, seperti Buckhingham Palace dan Saint Paul Chatedral.
“Bangunan itu mirip istana dan
gereja ditempat saya,” Ruben menjelaskan kepada Mark sebelum mereka tiba di British Museum.
“Kemarilah, saya akan menunjukan
sebuah lukisan.”
Ruben mengikuti langkah Mark yang
semakin cepat. Mark menjelaskan bahwa banyak koleksi dari berbagai peradaban.
Mungkin saja banyak yang bisa menjelaskan semua misteri Ruben.
Perlahan Mark mendekati seseorang
wanita. Wanita itu terlihat familiar. Sampai kemudian, wanita itu membalikan
badan dan merangkul Mark dengan mesra. Ruben terperanggah. Wanita itu adalah
Clara. Wanita yang ia temui menuju ke arah jam besar ditengah kota.
“Ruben, ini tunangan saya. Cleo
namanya.”
Ruben menjabat tangan Cleo dengan
lemah. Tangannya tak berdaya. Mark dan Cleo menatap Ruben dengan senyum.
“Ruben, Cleo akan menunjukan
beberapa lukisan. Mari kita ikuti Cleo.”
Kami bertiga berjalan beriringan
melewati beberapa koleksi Museum yang sangat menawan, banyak koleksi yang
menarik hatinya, tak terkecuali sebuah dekorasi dari Parthenon yang luar biasa
bagus. Langkah saya terhenti ketika melihat sebuah lukisan besar disana. Didalam
lukisan itu berdiri kokoh sebuah Kastil. Didalam kastil itu lah, Ruben melihat
sosok Clara, dan kemudian ketika ia melihat ke arah bawah, ia melihat dirinya
yang tengah menghunuskan sebuah pedang. Ruben terperangah. Ia tak percaya bahwa
itu adalah dirinya.
“Your Creativity is great, Cleo,” Ruben memuji lukisan itu. Walaupun
sebenarnya ada rasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata lain.
“Bukan, ini lukisan nenek moyang
saya di Skotlandia.Lukisan ini menceritakan wanita dan pria dalam lukisan itu
yang akhirnya tak dapat bersatu, karena pria itu terbunuh,” Cleo menjelaskan
lukisan itu.
Ruben terkejut. Dirinya terbunuh.
Tidak mungkin itu terjadi. Ia kemudian berlari dengan cepat, meninggalkan
bangunan museum itu. Ia menelusuri subway
yang persis berada di bawah museum. Ruben melihat sebuah lambang lingkaran
dengan bertuliskan underground melintang
diantara lingkaran itu.
Sumber : http://unclegoop.com/2013/05/03/merawat-arloji |
Kemudian ia berjalan menuju
sebuah kursi tunggu. Tiba-tiba saja terdengar bunyi benda jatuh. Ruben dengan
sigap melihat benda yang jatuh. Ia meraihnya dengan cepat. Diikuti dengan
tangan wanita yang meraihnya juga. Ruben melihat benda itu dengan terpana. Sebuah
jam yang pernah Clara berikan padanya. Sesaat kemudian wanita itu mengengamnya
dengan erat. Ruben melihat wajah wanita itu kemudian terkejut.
“Clara?”
“Iya namaku Clara, tapi bagaimana
anda tahu nama saya, sedangkan kita tidak pernah bertemu sebelumnya,”
Wanita itu kemudian berjalan menuju kereta. Ruben masih terpana sampai sebuah
pintu kereta terbuka, dan dengan tergesa-gesa wanita bernama Clara itu masuk.
Ia mengejar dengan cepat beberapa menit kemudian. Namun, pintu kereta itu telah
tertutup.
“Clara!” Ruben memanggilnya
sekali lagi dengan suaranya yang parau.
Sumber : https://twitter.com/gameofthrones |
Game of Thrones
http://hboasia.com/HBO/id-id/shows/game-of-thrones/cast/ |
Oberyn Martell merupakan salah
satu tokoh dalam Game of Thrones. Oberyn merupakan seorang pangeran muda dari
Dorne. Walaupun sangat muda namun karakternya sangat tangguh dan menjadi
panutan, karakternya sedikit tergambar pada salah satu tokoh di cerpen yaitu
Ruben. Obreyn memiliki julukan yang sangat terkenal yaitu “Red Viper”.
Diikut sertakan dalam "Creativity is GREAT Competition"
https://www.facebook.com/notes/fantasious/menangkan-hadiah-jalan-jalan-gratis-ke-lokasi-shooting-game-of-thrones-di-uk/407826519391264 |