"Prasasti Intan" itu terlihat dengan kilauannya diapit oleh guratan huruf yang membentuk sebuah nama tempat di Kabupaten Banjar, sekitar 40 kilometer disebelah timur Banjarmasin. Martapura, sebuah kecamatan, ibukota kabupaten Banjar. Dahulu, Banjar disebut sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Banjar.
Begitu memasuki pintu gerbang alun-alun Martapura. Sebuah gerbang kesultanan Banjar yang sangat mirip Art de triomphe Paris menyambut saya dan rombongan (Tim Rumah Belajar Samsung) dari Jakarta. Setelah memasuki kawasan alun-alun, saya di sambut tulisan 'Martapura' dengan warna kuning yang cerah.
"Man, kita foto yuk di tulisan Martapura itu," kata Arie Goiq, salah satu teman saya.
"Yuk, sebelum kita cari-cari batu, kita foto dulu," saya menyetujui usulnya dengan cepat.
Beberapa orang dari rombongan termasuk saya mengambil langkah berbeda. Ada hal yang harus kami abadikan, di depan icon Martapura.
Panas menyengat siang itu pun tak lantas menyurutkan tekad kami untuk foto dan narsis di depan icon Martapura. Sebetulnya sempat timbul pertanyaan, kenapa tulisan Martapura ini harus berwarna kuning? Jawabannya mungkin akan sangat singkat "karena eye catching" atau mungkin saja karena "kota intan dan harus ngejreng".
Martapura, Kota Intan, Santri dan Serambi Mekkah
Martapura, merupakan salah satu kecamatan di Banjar. Martapura memiliki beberapa julukan yang sangat istimewa, salah satunya Kota Santri. Pemberian nama kota santri, karena di sinilah terdapat beberapa puluh pesantren yang menghias sudut Martapura.
Lain lagi ketika Martapura di kenal sebagai Serambi Mekkah. Cerita singkatnya, sangat berkaitan dengan pesantren dan kawanan santri yang sering memakai pakaian putih-putih, berjalan kesana kemari serta belajar menuntut ilmu agama. Serambi Mekkah sama artinya dengan kota agamis, mirip seperti Aceh.
Sedangkan kota Intan, julukan yang saat ini sangat populer sejak batu-batuan dari kalimantan dan beberapa daerah lain 'tren' di Indonesia.
Pusat Batu Akik
Bukan rahasia lagi kalau Martapura merupakan surga batu-batuan alam di Kalimantan Selatan. Kompleks pertokoan yang menjual bebatuan tersebut bernama "Cahaya Bumi Selamat". Konon, pertokoan tersebut merupakan pasar yang digunakan untuk menjual hasil kerajinan dari penambang batu alami di sekitar wilayah Martapura.
Hasil perburuan batu-batuan alami yang di tambang dari sekitar wilayah Martapura ini kemudian di 'sulap' sedemikan rupa sehingga menjadi batu-batuan yang di pakai oleh kita semua. Beragam jenis kerajinan batu mulai dari batu red borneo, batu bacan, dan batu lainnya menghias sepanjang pertokoan yang buka dari pagi sampai sore menjelang malam ini. Sepintas pertokoan yang dekat dengan Masjid Agung Al Karomah yang merupakan Masjid terbesar di Martapura.
Selain kerajinan khas Kalimantan, di pertokoan terdapat oleh-oleh makanan khas Banjar dan Kalimantan. Bagi yang berburu kaos, kain khas Kalimantan, tenun, sarung dan assesoris, di pertokoan ini bisa kita jumpai sepanjang lorong-lorong.
Apabila di Jakarta, beberapa batu-batuan seperti batu bacan atau lainnya itu di jual dengan harga yang lumayan menjerat kantong, di Martapura, harga beberapa batu-batuan ini sangat miring. Karena selain pusat batu-batuan, Martapura memiliki kekayaan alam berupa batu-batuan yang unik dan sangat mudah di temukan dengan pengalihan sederhana.
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk tetap membeli batu-batuan yang belum di 'gosok'. Saya membeli "Red Borneo". Menurut penjual batuan, Red Borneo merupakan batuan khas Kalimantan yang hanya bisa ditemukan di Kalimantan saja. Jadi, saya putuskan untuk membeli batuan yang khas saja. Seandainya saya mengetahui jenis-jenis batu dan paham akan dunia per'batu'an maka saya tak akan ragu untuk membeli sedikit banyak batu-batu tersebut.
Jadi, kapan kita ke Martapura lagi dan shopping batu Akik? Semoga dalam tahun ini. Amin.
"Man, kita foto yuk di tulisan Martapura itu," kata Arie Goiq, salah satu teman saya.
"Yuk, sebelum kita cari-cari batu, kita foto dulu," saya menyetujui usulnya dengan cepat.
Beberapa orang dari rombongan termasuk saya mengambil langkah berbeda. Ada hal yang harus kami abadikan, di depan icon Martapura.
Narsis di Martapura |
Martapura, Kota Intan, Santri dan Serambi Mekkah
Martapura, merupakan salah satu kecamatan di Banjar. Martapura memiliki beberapa julukan yang sangat istimewa, salah satunya Kota Santri. Pemberian nama kota santri, karena di sinilah terdapat beberapa puluh pesantren yang menghias sudut Martapura.
Lain lagi ketika Martapura di kenal sebagai Serambi Mekkah. Cerita singkatnya, sangat berkaitan dengan pesantren dan kawanan santri yang sering memakai pakaian putih-putih, berjalan kesana kemari serta belajar menuntut ilmu agama. Serambi Mekkah sama artinya dengan kota agamis, mirip seperti Aceh.
Sedangkan kota Intan, julukan yang saat ini sangat populer sejak batu-batuan dari kalimantan dan beberapa daerah lain 'tren' di Indonesia.
Pusat Batu Akik
Bukan rahasia lagi kalau Martapura merupakan surga batu-batuan alam di Kalimantan Selatan. Kompleks pertokoan yang menjual bebatuan tersebut bernama "Cahaya Bumi Selamat". Konon, pertokoan tersebut merupakan pasar yang digunakan untuk menjual hasil kerajinan dari penambang batu alami di sekitar wilayah Martapura.
Hasil perburuan batu-batuan alami yang di tambang dari sekitar wilayah Martapura ini kemudian di 'sulap' sedemikan rupa sehingga menjadi batu-batuan yang di pakai oleh kita semua. Beragam jenis kerajinan batu mulai dari batu red borneo, batu bacan, dan batu lainnya menghias sepanjang pertokoan yang buka dari pagi sampai sore menjelang malam ini. Sepintas pertokoan yang dekat dengan Masjid Agung Al Karomah yang merupakan Masjid terbesar di Martapura.
Selain kerajinan khas Kalimantan, di pertokoan terdapat oleh-oleh makanan khas Banjar dan Kalimantan. Bagi yang berburu kaos, kain khas Kalimantan, tenun, sarung dan assesoris, di pertokoan ini bisa kita jumpai sepanjang lorong-lorong.
Apabila di Jakarta, beberapa batu-batuan seperti batu bacan atau lainnya itu di jual dengan harga yang lumayan menjerat kantong, di Martapura, harga beberapa batu-batuan ini sangat miring. Karena selain pusat batu-batuan, Martapura memiliki kekayaan alam berupa batu-batuan yang unik dan sangat mudah di temukan dengan pengalihan sederhana.
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk tetap membeli batu-batuan yang belum di 'gosok'. Saya membeli "Red Borneo". Menurut penjual batuan, Red Borneo merupakan batuan khas Kalimantan yang hanya bisa ditemukan di Kalimantan saja. Jadi, saya putuskan untuk membeli batuan yang khas saja. Seandainya saya mengetahui jenis-jenis batu dan paham akan dunia per'batu'an maka saya tak akan ragu untuk membeli sedikit banyak batu-batu tersebut.
Jadi, kapan kita ke Martapura lagi dan shopping batu Akik? Semoga dalam tahun ini. Amin.