Tempat perisirahatan |
Menyambangi sebuah hamparan
bangunan penuh kesunyian itu menyenangkan. Tidak saja membuat keadaan yang
panas, menjadi dingin dan sejuk tapi dapat meredam emosi dan menawarkan
keadaan, sehingga tercipta suatu sinergi. Makna dari Sunyaragi selaras dengan
bentuk bangunan yang sunyi dan menyepi. Sunya bermakna sepi dan Ragi adalah
sebuah raga. Dua buah kata yang berasal
dari bahasa sansekerta. Konon, tujuan dari pembuatan Sunyaragi diperuntukan
Sultan Cirebon untuk beristirahat dan bersemedi.
Dalam Gua Peteng |
Nampak Luar Gua Peteng |
Luas kompleks gua dan bangunan
mencapai 15 hektare. Kompleks terdiri dari gua-gua dan pesanggrahan. Dari
beberapa gua yang ada, gua peteng merupakan gua utama yang memiliki fungsi
sebagai ruang semedi Sultan. Apabila menyusuri beberapa gua, nuansa sunyi dan
mistis begitu terasa. Apalagi, disekitar gua terdapat taman air yang
menghubungkan beberapa gua disekitarnya. Disekitar gua, terdapat beberapa
bukit, jalanan dan danau sebagai pintu utama yang terlihat dari jalan bridgen
Dharsono.
Nuansa damai juga sangat terasa,
ketika menyusuri jalan menuju bangunan yang disebut sebagai pesangrahan. Sebuah
bangunan dengan beberapa ruang tidur, kamar rias, ruang ibadah, dan serambi
yang sangat sejuk. Ketika kaki ini lelah menghampiri beberapa gua, dan tak
sengaja tersengat matahari Kota Cirebon yang panas itu, duduk di serambi
merupakan penawar segalanya. Hampir saja mata ini terpejam karena belaian angin
sepoi-sepoi yang lembut itu.
Desain Sunyaragi memadukan
beberapa unsur campuran dari berbagai aliran arsitek bangunan. Beberapa
referensi menyebutkan bahwa Sunyaragi memiliki perpaduan gaya Eropa, Tiongkok,
Arab dan Jawa. Sangat wajar apabila ukiran khas Jawa berakulturasi dengan gaya
Tiongkok maupun Arab dan Eropa. Taman air yang mengalir disela-sela gua
merupakan inspirasi nyata dari teknologi Eropa yang terkenal dengan teknologi
bendungannya.
Sinar matahari kian redup dan
menghilang di ufuk barat. Menyusuri Sunyaragi merupakan penawar rasa galau
dengan bermeditasi dan menikmati indahnya siluet Gunung Cermai yang bisa
dipandang dengan mata telanjang. Rasa damai itu masih terus tersisa saat
melewati pintu keluar. Ada keinginan untuk kembali lagi untuk sekedar rehat
dari segala rutinitas yang menghalau kalbu ini.
Artikel ini juga ditayangkan di blog pribadi khusus travelling www.bluepackerid.com