Glow & Grow : Cantik Tanpa Merusak Lingkungan
4/28/2025 08:00:00 PMPagi itu, sambil menyesap kopi di teras, saya membaca sebuah berita yang membuat hati meringis. Di Kompas TV, disebutkan bahwa tren fast beauty atau produk kecantikan yang murah dan cepat diproduksi ini menyumbang 6-8 juta ton limbah plastik per tahun di Indonesia. Bayangkan, sekian banyak kemasan cantik yang saya beli dengan senang hati, berakhir menumpuk di tempat pembuangan, mengendap bertahun-tahun, bahkan lebih lama daripada kita hidup di dunia ini.
Saya menatap meja di kamar. Botol serum, toner, cream moisturizer, sunscreen, hingga sheet mask, semua berjejer rapi, tampak mungil dan tidak bersalah. Namun kini saya sadar, setiap kemasan kosong itu, jika tidak dikelola dengan bijak, hanyalah menambah beban bumi.
Saya pun bertanya pada diri sendiri: apakah kecantikan harus dibayar dengan kerusakan lingkungan? Ternyata, jawabannya tidak. Saya pun mulai memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan, mencari brand yang menawarkan program refill, serta mendukung kosmetik lokal yang menggunakan bahan alami. Saya juga belajar untuk mengurangi impuls belanja, menggunakan produk hingga benar-benar habis sebelum membeli yang baru.
Tips dan Cara Tampil Cantik Tanpa Merusak Lingkungan
Ternyata, menjadi cantik tanpa meninggalkan luka untuk bumi bukan sekadar angan-angan. Dari perjalanan kecil saya, ada lima langkah sederhana yang mulai saya jalani, dan semakin dijalani, rasanya semakin menyenangkan.
Memilih produk berkemasan ramah lingkungan
Saya sekarang lebih selektif saat berbelanja. Saya mencari kosmetik yang menggunakan bahan kemasan dari hasil daur ulang, atau setidaknya kemasan yang bisa didaur ulang kembali. Saya juga mulai jatuh cinta dengan konsep refill atau mengisi ulang produk tanpa harus membeli kemasan baru. Ada rasa puas tersendiri ketika tahu bahwa keputusan kecil saya ini bisa mengurangi sampah plastik yang akan mengendap di bumi ratusan tahun lamanya.
Mengutamakan kualitas dibanding kuantitas
Dulu, saya termasuk orang yang mudah tergoda diskon besar-besaran. Rasanya semua produk ingin saya coba, tanpa memikirkan apakah benar-benar dibutuhkan. Akibatnya, banyak produk yang akhirnya terbuang karena kedaluwarsa. Sekarang, saya mengubah pola pikir. Saya memilih produk dengan formula yang terbukti cocok untuk kulit saya, dan menghabiskannya sampai tetes terakhir sebelum membeli yang baru. Selain lebih hemat, meja rias saya pun terasa lebih lapang dan rapi.
Beralih ke produk berbahan alami
Seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa apa yang kita aplikasikan ke kulit juga berdampak pada lingkungan. Bahan-bahan kimia sintetis dari produk kecantikan sering kali berakhir mencemari air dan tanah. Karena itu, saya beralih ke skincare berbahan dasar alami seperti aloe vera, green tea, atau essential oil murni. Selain lebih aman untuk kulit saya, langkah ini membuat saya merasa lebih dekat dengan alam.
Mengikuti program daur ulang kosmetik
Banyak brand kini mulai menyediakan program daur ulang. Beberapa dari mereka bahkan menawarkan reward point untuk setiap kemasan kosong yang kita kembalikan. Saya menyediakan satu sudut kecil di kamar, sebuah kotak khusus tempat saya mengumpulkan botol kosong, tube bekas, dan kemasan makeup. Setiap kali kotak itu penuh, saya membawanya ke store atau mengirimkannya untuk didaur ulang. Rasanya seperti sedang mengembalikan utang kecil saya kepada bumi.
Mencoba membuat produk DIY dari bahan alami
Akhir pekan menjadi waktu favorit saya untuk bereksperimen. Saya membuat masker wajah dari oatmeal dan madu, scrub bibir dari gula dan minyak kelapa, hingga toner sederhana dari teh hijau. Ternyata, membuat produk kecantikan sendiri tidak hanya seru, tapi juga memberi rasa puas luar biasa. Saya tahu persis apa yang saya gunakan di wajah saya, tanpa bahan pengawet, pewangi sintetis, atau plastik tambahan.
ARCIA, Beauty That Rebuilds
Kemudian nama Arcia menjadi salah satu cahaya baru yang menginspirasi dalam kecantikan berkelanjutan. Arcia bukan hanya sebuah merek kecantikan, tetapi sebuah gerakan, lahir dari tangan dua orang yang memiliki visi besar: Yenni Angreni dan Hadi. Pada tahun 2019, mereka mendirikan Arcia dengan satu tujuan sederhana namun kuat: menghadirkan produk kecantikan berkualitas tinggi yang tetap menghormati bumi.
Yenni, sebagai salah satu founder dan Chief Operating Officer Arcia, membawa semangat yang tulus untuk memperkenalkan konsep conscious self-care atau merawat diri dengan penuh kesadaran terhadap dampaknya bagi dunia sekitar. Setiap produk Arcia dibuat dengan bahan alami yang bersumber secara etis, diformulasikan dengan hati-hati, dan dikemas menggunakan material yang bisa digunakan kembali, didaur ulang, atau diisi ulang.
Namun Arcia bukan sekadar tentang produk ramah lingkungan. Lebih dari itu, mereka membangun rantai pasok yang adil dan transparan, mendukung pertanian berkelanjutan, dan memperjuangkan kesejahteraan komunitas lokal. Dengan setiap pilihan kecil, seperti membeli kemasan refillable atau memilih bahan cruelty-free, konsumen Arcia ikut berperan dalam menyembuhkan bumi.
Melalui Arcia, saya belajar bahwa beauty that rebuilds bukan sekadar slogan, tapi nyata: setiap tetes serum, setiap sapuan pelembap, adalah bentuk cinta yang tidak hanya mempercantik kulit, tetapi juga memperbaiki dunia.
Pelembap Bibir Alami: DIY Lip Balm dari Bahan-Bahan Organik
Salah satu yang membuat hati saya berbunga adalah mentega tengkawang, si emas hijau dari hutan Kalimantan. Mentega ini, yang juga dikenal sebagai Illipe Butter, kaya lemak tak jenuh yang melembapkan kulit dengan luar biasa, sekaligus mendukung kelestarian hutan tropis kita. Tak lupa ada minyak kelapa murni, juga dari tanah tropis kita, yang terkenal ringan, melembapkan, dan antibakteri. Rasanya seperti membawa kebaikan alam langsung ke genggaman.
Membuat produk kecantikan sendiri dari bahan alami memberi saya dua keuntungan besar. Pertama, saya bisa memastikan hanya bahan terbaik yang menyentuh kulit saya dan tanpa tambahan bahan kimia berbahaya. Kedua, saya ikut mendukung praktik berkelanjutan yang menjaga bumi dan memberdayakan komunitas lokal.
Untuk membuat lip balm alami, alat yang saya siapkan cukup sederhana: mini whisk, mangkok stainless, beaker glass, timbangan digital, spatula, kompor kecil, dan termometer. Semuanya harus bersih dan steril, mengikuti prinsip Good Manufacturing Practice (GMP).
Bahan-bahannya pun mudah:
- 11,2g minyak kelapa
- 3,6g mentega tengkawang
- 4,9g lilin lebah
- 0,2g vitamin
- 0,1g essential oil geranium
Langkahnya sederhana. Saya panaskan minyak kelapa, mentega tengkawang, dan lilin lebah hingga suhu 60-70°C. Setelah hangat, saya tambahkan vitamin E dan geranium essential oil ketika suhu turun ke 40-50°C. Setelah itu, langsung saya tuang ke wadah kecil yang sudah disiapkan.
Dalam sekejap, lip balm alami buatan tangan saya siap menemani hari-hari, merawat bibir sekaligus menjaga bumi.
0 Comments