Yuk Kurangi Kemubaziran Pangan Agar Semua Sejahtera
4/30/2022 11:59:00 PM
Indonesia merupakan Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi, tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah, dan sangat makmur. Beberapa tahun silam, Indonesia pernah dinobatkan sebagai lumbung padi Dunia karena melimpahkan panen di seluruh pelosok negeri. Namun dibalik penobatan tersebut, ternyata Indonesia masih tercatat sebagai penyumbang sampah makanan sebesar 48 juta ton per tahun dan menyumbang 7,29 persen rata-rata emisi gas rumah kaca. Sebaliknya, Indonesia masih berkutat pada stunting dan gizi buruk sekitar 24,4 persen. Di satu sisi, banyak pemubaziran pangan, namun disisi lain masih banyak balita stunting dan gizi buruk, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Untuk mengatasi kesenjangan antara kemubaziran pangan dan permasalahan stunting dan gizi buruk, diperlukan gerakan untuk mengurangi kemubaziran pangan dan disalurkan kepada sebagian masyarakat yang membutuhkan. Foodbank of Indonesia (FOI) atau Bank Pangan Indonesia bersama para mitra hari ini mengadakan kegiatan Peringatan Hari Bumi Sedunia 2022 yang dihadiri antara lain oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Suharini Eliawati, Direktur Utama Perumda PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin, perwakilan dunia usaha, JNE & Superindo, para pedagang Pasar Tebet Timur dan relawan FOI. Kegiatan ini merupakan langkah awal dan strategis untuk mengurangi kemubaziran pangan, mengurangi kelaparan dan menyelamatkan bumi. Kita tahu bahwa pangan masih bergantung pada cuaca pada saat bercocok tanam, jika perubahan musim terus-menerus terjadi, maka pemenuhan kebutuhan pangan pun akan terdampak, bahkan suatu saat nanti, masyarakat dunia pun akan bersiap dengan skenario paling buruk, kekeringan dan kelaparan dalam jangka waktu lama.
Baca juga : Jenius Way To Be Food Blogger With Captain Ruby
Bagaimana Kemubaziran Pangan Bisa Terjadi ?
Kemubaziran pangan atau Food Waste menjadi momok menakutkan dengan dampak yang tidak sedikit. Sampah makanan akan menghasikan gas emisi yang tak sedikit, disamping itu stunting dan gizi buruk pun bermunculan. Lalu bagaimana kemubaziran pangan bisa terjadi?
Pemubaziran pangan atau food waste di Indonesia ini dikarenakan penanganan proses produksi yang kurang baik dan perilaku konsumsi masyarakat. Penyebab yang paling sering terjadi antara lain di bagian Food Loss itu kurangan good handling practice, kurang baiknya memperlakukan makanan ketika didistribusikan atau ketika di panen. Penyebab terbuangnya bahan makanan adalah penyimpanan yang kurang baik menyebabkan pangan rusak dan terbuang. Hal itu terjadi karena masyarakat menyimpan bahan pangan tersebut di kulkas hingga busuk dan terbuang.
Sedangkan perilaku masyarakat dalam membeli makanan adalah memesan dalm jumlah porsi yang besar atau kalap mata, sedangkan pada saat dikonsumsi makanan tersebut tidak dihabiskan, bahkan yang paling menyedihkan bahkan hanya sebagai penghias social media, namun makanan tersebut tidak disentuh sama sekali. Sedangkan diluaran sana, banyak yang kelaparan dan gizi buruk yang membutuhkan makanan. Perilaku ini bagian dari Food Waste atau Pemubaziran Pangan yang harus dikurangi dan dihindari.
Secara statistik, Indonesia menjadi penyumbang food waste atau food loss sekitar 184 kg per orang pertahun, atau secara total 48 juta ton per tahun. Jika dikonversikan, makanan yang terbuang tersebut setara dengan memberikan makanan kepada 125 juta orang sehingga bisa mengentaskan kemiskinan, dan berbagai permasalahan lain seperti kelaparan dan stunting serta gizi buruk.
Kolaborasi Mengatasi Kemubaziran Pangan
Sejak tahun 2018 hingga 2021, sebesar 2.457 ton makanan telah dikelola dan disalurkan FOI untuk membantu masyarakat. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), diketahui bahwa pada tahun 2021, sebesar 8,03 juta ton makanan terbuang ke tempat sampah yang berdampak pada percepatan panas bumi dan hilangnya kesempatan bagi 61-125 juta orang untuk mendapatkan akses pada pangan. Di Jakarta sendiri, timbulan kemubaziran pangan di Tahun 2020 mencapai 1,4 juta ton (SIPSN, 2021).
Makanan yang terbuang dan kemudian tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan melepaskan gas metan (CH4) ke lingkungan. Gas metana ini merupakan emisi gas rumah kaca 25 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berkontribusi mempercepat pemanasan global. Sedangkan, saat ini krisis iklim sudah didepan mata. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98 persen frekuensi kejadian bencana di Indonesia dalam 10 tahun terakhir berupa bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari perubahan iklim, didukung kondisi geografis Indonesia sebagai negara dengan bentuk kepulauan yang menyebabkan menjadi lebih rentan terhadap dampaknya.
Foodbank of Indonesia (FOI) sebagai lembaga bank makanan bergerak di akar rumput, membantu lebih dari 40.422 anak-anak melalui 1.044 lembaga PAUD, SD, dan Posyandu. FOI juga bergerak menolong lansia, ibu hamil, ibu menyusui serta daerah yang tertimpa bencana. Pergerakan ini dilakukan FOI secara kolaboratif bersama dengan berbagai pihak, seperti PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), yang turut membantu menjangkau lebih banyak penerima manfaat.
Program ini juga sejalan dengan komitmen Pemerintah DKI Jakarta yaitu mendukung usaha untuk mencegah dan atau menekan kemubaziran pangan. Sejak Tahun 2018, FOI berkolaborasi dengan PT Lion Superindo sebagai perusahaan ritel dan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik dalam mengurangi kemubaziran pangan. Jadi bantuan-bantuan ini dikirim oleh JNE agar bisa menjangkau penerima manfaat lebih banyak.
Baca juga : Pilihan Menu Sahur Dan Berbuka Puasa Dari Fiva Food
Yuk Kurangi Kemubaziran Pangan, Dimulai Dari Kita
Don't Waste Your Food, jangan buang makananmu. Kadang kala, gaya hidup dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi dalam membeli atau mengkonsumsi makanan, dan tak jarang terjebak dalam pencitraan social media yang mengharuskan memesan banyak makanan dan mewah sedangkan pada akhirnya tidak tersentuh atau terbuang. Alangkah bijaksananya jika memesan atau membeli makanan sesuai dengan porsi dan kebutuhan bukan hanya mengikuti tuntutan gaya hidup.
Yuk, mulai sekarang, mulai lebih bijaksana dalam mengkonsumsi makanan dan tidak memubazirkan makanan sehingga bisa mengurangi Food Waste serta bisa berkontribusi kepada bumi kita tercinta ini. Kalau tidak dari kita, lalu siapa lagi yang peduli dengan gerakan ini. Sudah saatnya bijak dalam mengkonsumsi makanan!
Informasi FoodBank of Indonesia :
widaseptarina@foodbankindonesia.org
website : www.foodbankindonesia.org
0 Comments