Perjalanan Menuju Pantai Di Belitung Dari Pangkal Pinang, Bumi Laskar Pelangi
11/01/2018 07:39:00 AM
Perjalanan saya berlanjut ke Belitung dari Pangkal Pinang, Bangka. Pilihan saya jatuh kepada pesawat kecil yang sering disebut ATR. Jangan bayangkan pesawat besar seperti boeing ataupun air bus yang sering membawa dari Jakarta menuju Denpasar, penumpangnya saja tak sampai seratus. Tentu saja jantung ini dibawa dalam situasi yang tak nyaman seperti sedang mengucapkan Ijab Qabul dalam pernikahan saja. Untung saja Hendrik sangat berpengalaman dalam hal pesawat-pesawatan. Maklum saja, pacar yang tak kunjung dinikahinya itu berprofesi sebagai pramugari salah satu maskapai besar di Indonesia.
“Ndrik, ini bener ngga apa-apa?”
Wajah saya setengah pucat ketika saya duduk dan mengenakan sabuk pengaman.
“Biasanya sih banyak turbulence, Man.”
Hendrik bukan malah meredakan sport jantung ini namun menambah ketakutan saya.
Sebetulnya, selain jalur udara kami bias naik jalur laut dengan durasi sekitar 4 jam perjalanan, namun Tuhan Maha Baik dan jadilah kami naik pesawat yang tengah tinggal landas ini. Saya memejamkan mata tanda berdoa dengan konsentrasi penuh. Sementara Hendrik hanya tersenyum puas sambal sesekali menghujat betapa lemahnya seorang traveller yang sering mengunakan berbagai moda transportasi ini.
“Ndrik, ini bener ngga apa-apa?”
Wajah saya setengah pucat ketika saya duduk dan mengenakan sabuk pengaman.
“Biasanya sih banyak turbulence, Man.”
Hendrik bukan malah meredakan sport jantung ini namun menambah ketakutan saya.
Sebetulnya, selain jalur udara kami bias naik jalur laut dengan durasi sekitar 4 jam perjalanan, namun Tuhan Maha Baik dan jadilah kami naik pesawat yang tengah tinggal landas ini. Saya memejamkan mata tanda berdoa dengan konsentrasi penuh. Sementara Hendrik hanya tersenyum puas sambal sesekali menghujat betapa lemahnya seorang traveller yang sering mengunakan berbagai moda transportasi ini.
Drama di dalam pesawat tak berlangsung lama, hanya sekitar 45 menit. Pramugari tengah mengecek sabuk pengaman kami sebelum mendarat di Bandar Udara H. AS. Hanand Joeddin, Tanjung Pandan, Belitung.
Suara deru pesawat telah berhenti dan kami semuanya turun menuju bandara. Diluar kami berdua telah dijemput oleh supir dari kebun tempat kami melakukan pekerjaan. Sesuai rencana, sebelum menuju penginapan, kami berkeliling terlebih dahulu di pantai Laskar Pelangi dan restoran seafood untuk makan malam.
Suara deru pesawat telah berhenti dan kami semuanya turun menuju bandara. Diluar kami berdua telah dijemput oleh supir dari kebun tempat kami melakukan pekerjaan. Sesuai rencana, sebelum menuju penginapan, kami berkeliling terlebih dahulu di pantai Laskar Pelangi dan restoran seafood untuk makan malam.
Beruntung supir kami dengan senang hati mengantarkan kami ke Pantai Tajung Tinggi dan lebih ternama dengan sebutan Pantai Laskar Pelangi. Sebelum setenar sekarang, pantai ini hanya dinikmati warga sekitar wilayah Sumatra. Semenjak dijadikan sebagai salah satu tempat syuting Laskar Pelangi, maka nama film garapan Riri Reza ini melekat dan dijadikan sebagai ikon wisata. Hasilnya, pantai sangat booming. Bahkan warga menyebut jika tidak menginjakan kaki di pantai ini, tidak disebut ke Belitung.
Jarak tempuh dari Bandara ke pantai tak lebih dari satu jam. Jalanan di Belitung lumayan bersahabat namun memang kurang lebar karena belum dilakukan pelebaran. Namun karena sangat jarang mobil yang melintas tak membuat kenyamanan kami berdua berkurang.
Jarak tempuh dari Bandara ke pantai tak lebih dari satu jam. Jalanan di Belitung lumayan bersahabat namun memang kurang lebar karena belum dilakukan pelebaran. Namun karena sangat jarang mobil yang melintas tak membuat kenyamanan kami berdua berkurang.
Finally, kami sampai di Pantai Laskar Pelangi. Cuaca saat itu cukup berawan sehingga warna biru lautnya terlihat sangat pucat. Walaupun sempat kecewa, namun akhirnya dinikmati sebagai bagian dari liburan yang singkat, tidak lebih dari beberapa jam ini. Kata orang, aji mumpung namun kapan lagi kan?
Laskar Pelangi merupakan sebuah Novel yang diangkat ke layer lebar. Melalui tangan dingin Riri Reza dan Mira Lesmana, Laskar Pelangi mampu menghipnotis penonton Indonesia dengan film tentang mimpi seorang anak dari sekolah yang tak layak disebut sekolah. Namun siapa sangka, muridnya mampu berprestasi dan membungkam dunia yang selama ini memandang sebelah mata.
Sebelum betul-betul menginjakan kaki di pantai, saya mengabadikan tulisan Laskar Pelangi yang berada tak jauh dari bibir pantai. Seperti biasa, setelah saya, kini giliran Hendrik yang saya foto. Rambut plontos dan senyum yang membuat siapapun yang melihat terpingkal-pingkal membuat saya pun ikut tertawa.
Laskar Pelangi merupakan sebuah Novel yang diangkat ke layer lebar. Melalui tangan dingin Riri Reza dan Mira Lesmana, Laskar Pelangi mampu menghipnotis penonton Indonesia dengan film tentang mimpi seorang anak dari sekolah yang tak layak disebut sekolah. Namun siapa sangka, muridnya mampu berprestasi dan membungkam dunia yang selama ini memandang sebelah mata.
Sebelum betul-betul menginjakan kaki di pantai, saya mengabadikan tulisan Laskar Pelangi yang berada tak jauh dari bibir pantai. Seperti biasa, setelah saya, kini giliran Hendrik yang saya foto. Rambut plontos dan senyum yang membuat siapapun yang melihat terpingkal-pingkal membuat saya pun ikut tertawa.
Karena waktu kami tak banyak, kami langsung menuju ke Pantai. Sore itu tak begitu banyak orang, maklum saja hari ini masih weekdays belum menginjak weekend. Entah kalau hari jumat, sabtu dan minggu tentu aja akan sangat berbeda.
Pose, jepret, pose, jepret, pose, jepret, begitulah yang kami lakukan untuk mengejar momen yang sebentar lagi sunset namun mendung. Sementara, kami pun telah ditunggu dan ditelpon oleh pemilik penginapan yang lumayan jauh dari pantai. Dan sebelum sampai di penginapan, kami mampir di sebuah restoran seafood yang lumayan ternama di Belitung.
Selain jelajah pantai, jika masih memiliki waktu yang cukup panjang bisa menambahkan Pulau Lengkuas, Pulau Basir, Pulau Pelayar dan Pulau Burong sebagai tambahan destinasi. Selain jelajah pulau, kota 1001 kopi yang terletak di timur pulau Belitung ini bisa dijadikan alternatif kunjungan di hari lain.
Pose, jepret, pose, jepret, pose, jepret, begitulah yang kami lakukan untuk mengejar momen yang sebentar lagi sunset namun mendung. Sementara, kami pun telah ditunggu dan ditelpon oleh pemilik penginapan yang lumayan jauh dari pantai. Dan sebelum sampai di penginapan, kami mampir di sebuah restoran seafood yang lumayan ternama di Belitung.
Selain jelajah pantai, jika masih memiliki waktu yang cukup panjang bisa menambahkan Pulau Lengkuas, Pulau Basir, Pulau Pelayar dan Pulau Burong sebagai tambahan destinasi. Selain jelajah pulau, kota 1001 kopi yang terletak di timur pulau Belitung ini bisa dijadikan alternatif kunjungan di hari lain.
Selain pantai, Belitung pun memiliki Museum Kata Andrea Hirata dan Museum Tanjung Pandan. Museum Andrea Hirata ini merupakan museum yang menyimpan karya-karya Andrea Hirata mulai dari novel yang pertama sampai yang terakhir. Selain karya Andrea, museum ini menyiman foto lawas Belitung dari masa ke masa. Museum Tanjung Pandan merupakan museum rekam jejak sejarah dalam bentuk pakaian, peninggalan hingga sisa kapal karam.
8 Comments
Wuih saya belum pernah naik ATR, pasti bakal deg2an banget :D
BalasHapusSeruuuuu.
BalasHapusAku jadi kangen naik pesawat kecil,, enaknya kemana yaaa
Man, itu perjalanan tahun berapa? Slaman kelihatan beda. Hahaha
BalasHapusKalau teman seperjalanan saya ngomong begitu, bakalan saya jitak. Bikin tambah deg-degan aja hihihi
Aku udah rencana dari kapan tau pingin ke sini, tapi belum kejadian juga.
BalasHapusSemoga kesampean di 2019! Aminnnn..
Negeri 'Laskar Pelangi' paling suka pantai disana bersih (entah saat ini) yg khas dgn batu2 besar disekelilingnya
BalasHapusOh Belitong betapa indahnya dikau. udah lama masuk list tujuan nih tapi blom kesampaian main kesini hiks
BalasHapusSampai sekarang aku belum pernah ke negeri laskar pelangi, pingin juga ke Sana, mumpung dekat ya kalau dari jekardah
BalasHapusduhhh baca nya buking pengen ke belitung :(
BalasHapus